MASA KEEMASAN ISLAM DI SPANYOL DAN KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP BARAT


MASA KEEMASAN ISLAM DI SPANYOL DAN KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP BARAT

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pembimbing: Muslih, M.A., Ph.d.

Oleh :
NUR KHASAN (093511030)
NUR SAIFI (093511031)
ROFIQO RAHMAWATI (093511033)


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAH
2010

MASA KEEMASAN ISLAM DI SPANYOL DAN KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP BARAT

I.             PENDAHULUAN
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya menghasilkan banyak pemikir.
Sekitar tujuh setengah abad Islam berkuasa di Spanyol. Waktu yang tidak pendek memang. Tentunya, sedikit banyak Islam ikut mewarnai kehidupan di Spanyol. Bahkan, sejarah telah mencatat bahwa Islam di Spanyol telah membuat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah umat Islam. Islam Spanyol juga berperan sebagai jembatan penyeberangan ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa pada abad ke-12.[1] Islam menjadi “guru” bagi orang-orang Eropa. Diakui atau tidak, pengetahuan Islam di Spanyol mengalir ke bangsa Barat.

II.          RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa hal yang cukup urgen dipertanyakan sebagai wujud keingintahuan terhadap hal tersebut. Diantaranya;
a.           Bagaimana kondisi Islam Spanyol pada masa keemasannya?
b.       Apa kontribusi Islam terhadap kemajuan Barat?

III.       PEMBAHASAN
A.    Masa Keemasan Islam di Spanyol
Kejayaan Islam di Spanyol dimulai pada masa Daulat Bani Umayah II (DBU II) berkuasa, yaitu pada masa Abd al-Rahman al-Dakhil sampai Abdullah ibn Muhammad. Namun, mencapai puncaknya pada periode ketiga, yaitu masa Abdurrahman III dan dua amir berikutnya; Hakam II dan Hisyam II. [2]
Pada waktu itu, umat Islam Spanyol mengalami kemakmuran dan kemajuan di segala bidang, baik politik maupun peradaban, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam Spanyol disebut-sebut mencapai puncak kemajuan dan kejayaan yang menyaingi Daulat Bani Abbasiyah (DBA) di Baghdad.[3] Bahkan, Islam Spanyol memiliki kemajuan yang sangat mengagumkan dan jauh meninggalkan Eropa.
Setelah runtuhnya DBU II, tonggak perjuangan berada di zaman Muluk-al-Thawaif, Daulah Murabbitin, Muwahidin, kemudian terakhir Bani Ahmar. Saat itu, pembangunan peradaban Islam tidak menentu arahnya karena kondisi politik Spanyol yang diselang-seling antara masa kekacauan dan kestabilan. Ketika umat Islam stabil, umat Islam dapat membangun peradabannya. Namun, ketika terjadi kekacauan, peradabannya mengalami stagnasi bahkan sampai kepada kemunduran.[4]
Kemajuan-kemajuan yang dicapai Islam di Spanyol pada masa itu adalah:
1.      Kemajuan Intelektual
a.          Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan amir DBU II yang ke-5, Muhammad ibn Abd Rahman.[5] Akibatnya, tidak mengherankan jika lahir filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Diantara tokoh-tokoh filsafat pada waktu itu adalah;
1)      Ibn Masarrah sebagai perintis filsafat di Spanyol.
2)      Solomon Ben Gabirol (Avicebrol) adalah guru besar pertama aliran neo-Platonis.[6] Karya utamanya adalah Yanbu’ al-Hayah (Sumber Kehidupan).
3)      Ibn Bajjah (Avenpace) merupakan tokoh utama pertama filsafat dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol. Magnum Opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Sedangkan, karyanya yang terkenal adalah The Rule of Solitary.
4)      Abu Bakr ibn Thufail banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
5)       Ibnu Rusyd (Averoes), seorang filosof muslim terbesar (dinilai dari pengaruhnya terhadap dunia barat), astronom Spanyol-Arab, dokter, faqih, dan komentator Aristoteles. Karyanya yang terkenal dalam filsafat adalah Tahafut al-Tahafut dan Bidayah al-Mujtahid dalam ilmu fikih serta al-Kulliyat fi Al-Tibb dalam bidang kedokteran.
b.      Sains
Ilmu Pengetahuan modern, seperti; kedokteran, musik, matematika, farmasi, botani, astronomi, kimia, geografi dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Diantara tokoh-tokohnya adalah;
1)      Abu Al-Zahrawi, seorang tabib dan ahli bedah serta penemu teknik pengobatan patah tulang dengan Gyps.[7]
2)      Abbas ibn Farnas, termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Dialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.
3)      Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash, terkenal dalam ilmu astronomi. Dia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya, serta berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
4)      Ahmad ibn Ibas, ahli dalam bidang obat-obatan. Beliau berasal dari Cordova.
5)      Umm al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
6)      Ibn al-Khotib dan Ibn Khotima menulis buku tentang penyakit menular.
7)      Ibn al-Baytar terkenal dalam ilmu botani dan farmasi. Dia mengarang buku yang membahas tentang 1400 macam tanaman.
Bahkan, penulis The Legacy of Islam (Oxford: Clerendon Press, 1931), Barron Carra de Vaux—yang tidak mengagumi Arab—dalam bukunya William Montgomery Watt, menyebutkan;[8]
Arab sesungguhnya telah mencapai sesuatu yang sangat besar dalam ilmu pengetahuan, mereka mengajarkan penggunaan angka (angka hitungan arab), walaupun mereka tidak menemukannya, dan juga menjadi pendiri Aritmatika dalam kehidupan sehari-hari; mereka membuat Aljabar, sebuah ilmu eksakta dan membangun serta memperluasnya, meletakkan dasar analisa geometry; mereka tidak dapat disangkal merupakan pendiri pesawat dan trigonometri berbentuk bola, dan selanjutnya mendiskusikannya, dan ini tidak ada dalam kebudayaan Yunani.
c.          Sejarah dan Geografi
1)      Ibnu Jubair dari Valencia menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia.
2)      Ibnu Bathuthah dari Tangier mencapai Samudra Pasai dan Cina, Ibn al-Khatib menyusun riwayat Granada.[9]
3)      Ibn Khaldun dari Tunis yang terkenal dengan karyanya Muqaddimah yang merupakan bagian pertama dari kitab Al-‘Ibar Wadiwan al-Mubtada’ Wa al-Khabar Fi Ayyam al-Arab Wa al-‘Ajam Wa al-Bar-bar[10] adalah perumus filsafat sejarah.
4)      Andalus ibn Hayyan sebagai sejarawan pertama.[11]
d.      Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam dikenal penganut madzhab Maliki. Ziyad ibn Abd al-Rahman yang memperkenalkan madzhab ini di sana dan selanjutnya ditentukan  oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman.
 Ahli-ahli fikih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm. Telah diriwayatkan dari Abu Rafi’, bahwa Ibn Hazm mempunyai karya yang sangat banyak yakni mencapai hampir 80.000 lembar.[12]
e.          Musik dan Kesenian
Al-Hasan ibn Nafi’ yang dijuluki dengan Zaryab adalah tokoh yang membawa kecemerlangan Spanyol dalam bidang musik dan seni suara. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu.
f.          Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi ratu bahasa di Spanyol. Bahasa tersebut dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Pasalnya, bahasa tersebut mampu menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain; Ibn Sayidih, Ibn Malik (pengarang Alfiyah), Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti; Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan.
2.      Kemajuan Pembangunan
a.          Bidang Perdagangan: membangun jalan-jalan dan pasar-pasar.
b.      Bidang Pertanian:
1)      Memperkenalkan sistem irigasi kepada masyarakat Spanyol.
2)      Orang-orang Arab mendirikan dam-dam untuk mengecek curah air, waduk untuk konservasi (penyimpanan air), kanal-kanal, saluran sekunder, tersier dan jembatan-jembatan air sehingga tempat-tempat yang tinggi juga mendapat jatah air. Serta memperkenalkan pengaturan hidrolik yang dibangun dengan memperkenalkan roda air (Inggris:water wheel/ Persia:na’urah/ Spanyol:Noria) untuk irigasi.
3)      Orang-orang Islam memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan tanaman-tanaman.
c.          Bidang Industri : tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
d.      Bidang Pembangunan Fisik
Adapun pembangunan dalam bidang fisik yang telah dicapai adalah :
1)      Cordova
Ibu kota Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayah ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun dan dihiasi dengan pohon-pohon dan bunga-bunga yang diimpor dari Timur.
Di sekitar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan. Seperti, istana Az-Zahra yang dibangun pada masa Abdurrahman III atas usulan istrinya yang bernama Az-Zahra dengan mendatangkan tiga orang arsitek.[13]
 Selain itu, menurut Ibn al-Dala’i disana terdapat 491 masjid, termasuk masjid Cordova yang didirikan pada masa Abd al-Rahman ad-Dakhil. Khusus kota-kota Islam ada tempat-tempat pemandian sehingga disana ada sekitar 900 pemandian. Karena air sungai tidak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km. [14]
Perpustakaan besar yang dibangun pada masa Abd al-Rahman III dan anaknya ‘Hakam II’ pun ada di sana. Bahkan, menjadi perpustakaan terbesar di Eropa pada waktu itu dengan katalog yang mencapai 44 jilid.[15] Atas inisisatif Hakam II pula, karya-karya ilmiah diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.[16]
2)      Granada
Kota ini merupakan tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana terdapat sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir Islam. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal ke seluruh Eropa. Di sana lah terdapat istana al-Hamra yang indah dan megah yang dibangun atas perintah Sultan Nasriyyah mulai tahun 1246 M.[17]
Di samping itu, di kota-kota lain juga terdapat pembangunan fisik. Diantaranya; Istana Ja’fariyyah di Saragosa, tembok di Toledo, dan masjid megah di Seville.

Adapun faktor-faktor yang mendukung masyarakat Spanyol untuk mencapai kemajuan-kemajuannya adalah:
1.      Heterogenitas masyarakat Spanyol yang terdiri dari komunitas Arab, al-Muwalladun, Barbar, al-Shaqalibah, Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Spanyol yang melahirkan kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban di Spanyol.[18]
2.      Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran para ulama.
3.      Adanya toleransi beragama yang tinggi dalam masyarakat Spanyol.
4.      Persaingan antara Muluk at-Thawaif  yang ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan, sastra, seni, dan kebudayaan.
5.      Adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa. Diantaranya; Abdurrahman I, Abdurrahman II, Abdurrahman III dan Hakam.
Selain dari beberapa faktor di atas, pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan. Hal ini terlihat dari murahnya buku-buku bacaan, penghargaan tinggi yang  diberikan kepada penulis atau penerjemah buku berupa emas murni seberat buku yang diterjemahknanya. Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan subsidi untuk makanan pokok sehingga harganya relatif terjangkau bagi masyarakat dan pelajar.[19]

B.     Kontribusi Islam di Spanyol terhadap Kemajuan Barat
Awalnya, kehidupan Intelektual Islam Spanyol tidak mendapatkan apresiasi dari dunia Barat. Sarjana-sarjana Barat  menganggap bahwa Islam tidak mempunyai pengaruh yang luas terhadap kemajuan intelektual di Eropa Barat. Mereka menduga bahwa orang muslim hanya melanjutkan tradisi pengetahuan dan filsafat Yunani.
Bahkan, pada abad ke-14, Syair Dante (1265-1321) dalam karya terbesarnya, The Divine Comedy pada salah satu bagiannya membicarakan para filosof dan menyinggung Ibn Sina serta Ibn Rusyd. Akan tetapi, pada saat yang sama dia juga menjelaskan selusin filosof Yunani dan menyebut Aristoteles sebagai yang terbesar sepanjang yang ia ketahui.[21]
 Namun, pada akhirnya mereka menyadari bahwa orang muslim telah mengelaborasi pengetahuan Yunani secara lebih luas dan berhasil melahirkan penemuan-penemuan baru yang sangat penting bagi kemajuan intelektual Barat.
Persinggungan Eropa dengan peradaban Islam benar-benar memberikan pengaruh luar biasa terhadap kehidupan mereka. Pengaruh penting yang diambil Eropa dari pergaulannya dengan umat Islam adalah semangat untuk hidup yang dibentangkan oleh peradaban dan ilmu Islam. Keterpengaruhan Eropa pada peradaban Islam itu bersifat menyeluruh.  Hampir tidak ada satu sisi pun dari berbagai sisi kehidupan Eropa yang tidak terpengaruh oleh peradaban Islam.
Akhirnya pada abad XV muncullah gerakan di Eropa yang dinamakan Renaisance (kebangkitan kembali).[22] Renaisance terjadi melalui proses yang sangat panjang dimana pengaruh Islam sangat dominan dan tidak bisa dipungkiri. Dengan munculnya renaisance, perhatian dan penggalian filsafat abad kuno terutama filsafat Aristoteles semakin berkembang. Orang Eropa barat untuk pertama kalinya mengenal tulisan-tulisan Aristoteles melalui terjemahan-terjemahan bahasa Arab, serta melalui ajaran-ajaran dan komentar-komentar yang disusun filosof-filosof Arab yang menafsirkan filsafat Aristoteles.
Demikian juga metode eksperimen mula-mula dikembangkan oleh sarjana-sarjana muslim pada zaman keemasan Islam. Ilmu pengetahuan lainnya mencapai klimaks antara abad IX hingga abad XII. Semangat untuk mencari kebenaran yang dimulai oleh pemikir-pemikir Yunani yang hampir padam dengan munculnya kekaisaran Romawi, tetapi dihidupkan kembali dalam kebudayaan Islam.
Dalam bidang kedokteran,  The Canon of Medicine,  karya Ibnu Sina hingga tahun 1600 mempunyai banyak pengaruh terhadap sekolah kedokteran Eropa dibandingkan karya Galen dari Hipokrates. Dari sana secara perlahan-lahan rumah sakit Eropa didirikan dan mengambil standar yang ditentukan rumah sakit muslim.[23]
Selain itu, jatuhnya Toledo (1085 M) ke tangan raja Alfonso VII dari Castilia juga ikut menunjukkan kontribusi yang nyata dunia Islam terhadap kemajuan Barat. Dalam proses peralihan khasanah ilmu pengetahuan dari Islam ke Barat, kota Toledo merupakan saluran utama. Di Toledo terdapat pusat sekolah tinggi beserta guru besarnya, perpustakaan, dan rumah sakit.
Dalam pandangan Mehdi Nakosteen, proses transmisi ilmu pengetahuan dari Islam ke Barat mengalir melalui dua saluran besar ; (a) Melalui para mahasiswa dan cendekiawan dari Eropa Barat yang belajar di sekolah-sekolah tinggi di Spanyol, serta (b) melalui terjemahan-terjemahan karya-karya muslim dari sumber-sumber (bahasa) arab.[24]
Di tangan penguasa Kristen, segala fasilitas di kota Toledo tetap diberdayakan beserta semua guru besar dan ilmuwannya yang terdahulu karena  minimnya penguasaan bahasa Arab. Mereka diminta memakai bahasa selain bahasa Arab atau kalau bahasa Arab dipakai harus diterjemahkan ke dalam bahasa yang difahami.[25]
Bahkan, Untuk mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo didirikan sekolah tinggi terjemah yang dipimpin oleh uskup Raymond. Buku-buku yang disalin adalah buku-buku bahasa Arab yang masih tersisa dari pembakaran.[26] Salah satu karya dari lembaga ini adalah diterjemahkannya Alquran ke dalam bahasa latin oleh Robert dari Keton dan Herman dari Dalmatia.[27]
Diantara penerjemah yang terkenal lainnya adalah Avendeath (Ibn Daud, bangsa Yahudi) yang menyalin buku Astronomi dan Astrologi dalam bahasa Latin. Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam terusir dari  Spanyol. Buku-Buku yang tersisa di kota-kota lain seperti Cordova, Sevilla, Malaga dan Granada dapat mereka manfaatkan. Bangsa Barat benci kepada Islam tetapi haus kepada ketinggian kebudayaannya. [28]

IV.       KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Masa keemasan Islam di Spanyol dimulai dari masa pemerintahan Abdurrahman I dan mencapai puncaknya pada masa Abdurrahman III.
2.      Kemajuan yang dicapai pada masa itu sudah mencakup berbagai bidang, meliputi filsafat, sains, fikih, sejarah, geografi, musik, bahasa dan sastra serta kemegahan pembangunan fisik.
3.      Islam di Spanyol terbukti menjadi kiblat peradaban di Eropa karena kemajuan peradaban yang sangat pesat di berbagai aspek kehidupan.
V.          PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Sebagai insan yang dlaif  tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian untuk perbaikan dan evaluasi dari apa yang penulis dapat sajikan.


[1] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 2010), cet.II, hlm. 125-126
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003), cet. XV, hlm. 95-96
[3] Ibid, hlm. 96
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta:Kencana, 2003), cet.I, hlm. 129
[5] Badri Yatim, op.cit., hlm. 101
[6] Philip K. Hitti, History of The Arabics, (Jakarta:Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm. 740
[7] Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, ( Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2002), cet.I, hlm. 365
[8] William Montgomery, Butir-Butir Hikmah Sejarah Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.133-134
[9] Badri Yatim, op.cit., hlm. 102
[10] Philip K. Hitti, op.cit., hlm. 723
[11] Musyrifah Sunanto, op.cit., hlm. 130
[12] Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2009), hlm. 674
[13] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah, 2009), cet.I, hlm. 293-294
[14] Badri Yatim, op.cit., hlm. 105
[15] Musyrifah Sunanto, op.cit., hlm. 128-129
[16] Badri Yatim, op.cit., hlm. 101
[17] Musyrifah Sunanto, op.cit., hlm. 130
[18] Badri Yatim, op.cit., hlm. 100-101
[19] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta:Kencana, 2009), cet.III, hlm. 101
[20] Badri Yatim, op.cit., hlm. 107-108
[21] William Montgomery, op.cit., hlm. 137
[22] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Renaisans merupakan masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa (abad ke-14 sampai ke-17) yang ditandai oleh perhatian kembali kepada kesusastraan klasik, berkembangnya kesenian dan kesusastraan baru, dan tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
[23] William Montgomery Watt, op.cit., hlm. 134
[24] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat, (Surabaya:Risalah Gusti, 1995), hlm.271
[25] Musyrifah Sunanto, op.cit., hlm.  229-230
[26] Ibid., hlm.231
[27] William Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm.106
[28] Musyrifah Sunanto, op.cit., hlm. 231

DAFTAR PUSTAKA


Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.2008.Jakarta:Balai Pustaka.

Amin, Samsul Munir.2009.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:Amzah.

Azra, Azyumardi.2002.Historiografi Islam kontemporer.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Farid, Syaikh Ahmad.2009.60 Biografi Ulama Salaf.Jakarta:Pustaka Al-Kautsar.

Hitti, Philip K.2010.History of The Arabics.Jakarta:Serambi Ilmu Semesta.

Nakosteen, Mehdi.1995.Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat.Surabaya:Risalah Gusti.

Nizar, Samsul.2009.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta:Kencana.

Sunanto, Musyrifah.2003.Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.Jakarta:Kencana.

Syukur, Fatah.2010.Sejarah Peradaban Islam.Semarang:Pustaka Rizki Putra.

Watt, William Montgomery.2000.Butir-Butir Hikmah Sejarah Islam.Jakarta:Raja Grafindo Persada

                                              .1995.Islam dan Peradaban Dunia.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Yatim, Badri.2003.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:Raja Grafindo Persada.