Analisis Skripsi Matematika



1.
Judul Skripsi
:
STUDI EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOKPERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI KELAS VII SEMESTER GANJIL MTs. DARUL ULUM SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nama Penyusun            
:
St. Irkhamna Faiqoh

No. Induk
:
053511273

Fakultas                         
:
Tarbiyah

Program Studi
:
Tadris Matematika

Tahun
:
2009

Penegasan Istilah
:
1.   Eksperimen: suatu percobaan bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan sebagainya).
2.   Model pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT): Salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutorsebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement (penguatan atau pujian). Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Team Games Tournament (TGT) memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
3.   Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw: Model pembelajaran ini dibentuk kelompok yang dibagi menjadi 4 sampai 5 siswa yang heterogen. Setiap ketua anggota kelompok membagi materi dari guru agar menjadi sub-sub bab untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Anggota kelompok yang mempelajari sub-sub bab yang sama bertemu untuk mendiskusikan sampai mengerti benar isi dari sub-sub tersebut. Kemudian, siswa itu kembali ke kelompok asalnya dan bergantian mengajar teman dalam satu kelompoknya.
4.   Hasil Belajar: Kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika pada materi pokok persamaan linear stau variable kelas VII melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw di MTs.Darul Ulum Semarang Tahun ajaran 2009/2010.
5.   Materi Persamaan Linear Satu Variabel: salah satu materi pelajaran matematika bagi siswa kelas VII semester I MTs. Darul Ulum Semarang tahun pelajaran 2009/2010. Pada penelitian ini hanya difokuskan hanya pada kompetensi Dasar ke-1 dan 2 yaitu menyelesaikan persamaan linear satu variable dan membuat model matematika yang behubungan dengan persamaan linear satu variable.

Latar Belakang
:
Matematika merupakan sebuah ilmu yang memberikan kerangka berfikir logis universal pada manusia. Selain itu, matematika bersifat abstrak. Keabstrakan matematika inilah yang membuat matematika sulit dipahami dan terkesan menautkan oleh sebagian peserta didik. Berangkat dari sini, maka diperlukanadanya suatu terobosan alternative (breakthrough) yaitu sebuah terobosan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Pembelajaran yang dapat menciptakan bahwa matematika bukan suatu ynag abstark dan menakutkan, melainkan matematika suatu yang menyenangkan dan memberikan satu permasalahan yang menantang untuk didiskusikan dan  diselesaikan menurut cara berpikir mereka.

Permasalahan
:
Apakah ada perbedaan pengaruh positif antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran tipe Jigsaw?

Instrumen Penelitian
:
Adapaun metode yang digunakan penulis untuk penelitian ini adalah metode dokumentasi, wawancara, tes dan observasi terbuka.




2.
Judul Skripsi
:
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI POKOK BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VII B SEMESTER I MTs. NU 07 PATEBON KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2009/2010

Nama Penyusun            
:
Siti Mucharromah

No. Induk
:
3105409

Fakultas                         
:
Tarbiyah

Program Studi
:
Tadris Matematika

Tahun
:
2009

Penegasan Istilah
:
1.   Meningkatkan Hasil Belajar: usaha untuk menjadikan sesuatu lebih baik. Dalam penelitian ini yang akan ditingkatkan adalah hasil belajar siswa. Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai hasil tes tulis saat pembelajaran matematika pada siklus I dan siklus II.
2.   Materi Pokok Bilangan Bulat: Materi kelas VII semester I pada siswa SMP/MTs. yang tercantum dalam kurikulum 2006 atau KTSP.
3.   Model Pembelajaran CTL: Model pembelajaran CTL di kelas dalam penelitian ini menekankan pada tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

Latar Belakang
:
Dalam matematika dipelajari materi pokok bilangan bulat. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan hal tersebut masih sangatlah rendah. Kondisi tersebut terjadi karena dalam proses pembelajaran matematika masih sering ditemui adanya kecenderungan guru meminimalkan keterlibatan siswa. Juga adanya anggapan siswa bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, sehingga siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar.
Padahal, pemerintah telah mencanangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  sebagai pemenuhan amanat yang tertuang  dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan PP nomor 19 tahun 2005. KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pambelajaran. Paradigma pembelajaran dalam KTSP berorientasi pada peserta didik dan proses pembelajaran yang berlangsung tidak hanya mempelajari tentanag konsep, teori, dan fakta tetapi juga dalam aplikasi sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus lebih bijaksana dalam menentukan suatu model ataupun strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok dan kondisi para peserta didik.
Salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran CTL. Dengan model pembelajaran ini, anak belajar menjalani sendiri, membangun pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan
:
1.   Bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Taeaching and Learning (CTL) pada proses belajar matematika khususnya pada materi pokok bilangan bulat?
2.   Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Taeaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

Instrumen Penelitian
:
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus.  Masing-masing siklus mencakup empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).




3.
Judul Skripsi
:
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM  TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK POKOK BAHASAN SEGITIGA SEMESTER II KELAS VII MTs. NEGERI MARGOYOSO PATI TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Nama Penyusun            
:
Abdullah Husin

No. Induk
:
3104129

Fakultas                         
:
Tarbiyah

Program Studi
:
Tadris Matematika

Tahun
:
2009

Penegasan Istilah
:
1.   Efektivitas: Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhya, kesannya) manjur atau mujarab dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melakukan tugas dengan sasaran yang dituju. E. Mulyasa mengemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.
2.   Model Pembelajaran: Menurut Amin Suyitno, model pembelajaran merupakan suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
3.   Quantum Teaching
Dalam karyanya Quantum Teaching, mempraktikkan Quantum learning di Ruang-Ruang Kelas,  Bobbi De Porter mengatakan bahwa Quantum Teaching merupakan metode pengajaran yang memilki asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka.
4.   Hasil Belajar
Keberhasilan suatu pengajaran dapat dilihat dari segi hasil belajar. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar juga merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan proses untuk mendapatkan perubahan
5.   Segitiga
Pada bab segitiga ini terdapat lima bagian yaitu, jenis-jenis segitiga, jumlah sudut-sudut segitiga, segitiga istimewa, melukis segitiga, serta keliling dan luas segitiga. Dalam penelitian ini hanya akan membahas jenis-jenis segitiga, jumlah sudut-sudut segitiga, serta keliling dan luas segitiga.

Latar Belakang
:
Rendahnya mutu suatu pendidikan berkaitan erat dengan rendahnya motivasi peserta didik dalam belajar. Tampaknya tidak masuk akal untuk penjelasan bahwa rendahnya mutu pendidikan karena anak-anak kurang cerdas. Bertambah baiknya keadaan ekonomi dan keadaan masyarakat selama dua dekade terakhir mestinya dapat meningkatkan kecerdasan anak-anak yang lahir pada masa sekarang. Hanya saja, kondisi kehidupan yang lebih baik dengan berbagai sarana dan fasilitas cenderung menjadikan anak-anak Indonesia yang kurang termotivasi untuk belajar, yang akhirnya membawa dampak negatif pada prestasi belajarnya.
Motivasi belajar sangat dibutuhkan, hal ini berdampak besar terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Jangan sampai pesrta didik yang baru senang-senangnya mencari ilmu putus asa sampai tidak melanjutkan sekolah. Allah berfirman dalam Q.S> Yusuf:87

Permasalahan
:
1.   Apakah model pembelajaran quantum teaching  efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok segitiga di MTs Negeri Margoyoso Pati?
2.   Berapa selisih hasil belajar antara model pembelajaran expository Learning di MTs. Negeri Margoyoso Pati pada materi pokok segitiga?

Instrumen Penelitian
:
·     Teknik Pengambilan Sample: Metode Cluster Sampling.
·     Pengumpulan Data: Metode dokumentasi, MetodeTes




4.
Judul Skripsi
:
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI POKOK GARIS DAN SUDUT PESERTA DIDIK KELAS VII A MTS ASY-SYAFI’IYYAH JATIBARANG KABUPATEN BREBES TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Nama Penyusun            
:
Ahmad Fauzi

No. Induk
:
3104122

Fakultas                         
:
Tarbiyah

Program Studi
:
Tadris Matematika

Tahun
:
2009

Penegasan Istilah
:
1.   Pendekatan Kontekstual: Titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan Kontekstual merupakan konsep dasar belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2.   Hasil Belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha. Sedangkan belajar berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa yang positif sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Jadi, Hasil Belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
3.   Garis dan Sudut: salah satu materi pokok kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk mata pelajran matematika yang diajarkan kepada peserta didik SMP atau sederajat kelas VII semester genap. Dalam materi pokok garis dan sudut mempelajari tentang pengertian garis lurus dan garis lengkung, kedudukan dua garis, garis vertical dan garis horizontal, pengertian sudut, jenis-jenis sudut, serta satuan yang digunakan.

Latar Belakang
:
Metode konvesional masih diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Dalam metode tersebut guru masih sangat dominan dalam proses belajar mengajar. Hal ini yang menjadikan peserta didik pasif  dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu pembelajaran yang konvensional, peserta didik menganggap guru sosok yang menakutkan, sehingga mereka takut untuk mengungkapkan pendapatnya serta pengetahuan yang dimilikinya karena takut salah. Selanjutnya, berdasarkan survey, banyak sekali peserta didik yang menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit diantara mata pelajaran yang lain. Dampaknya, hasil belajar peserta didik tidak maksimal. Terbukti dengan nilai peserta didik yang masih banyak di bawah Kriteria Kelulusan Minimum (KKM). Oleh karena itu, guru harus berupaya menemukan pendekan yang tepat guna meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Permasalahan
:
1.   Bagaimana skenario penerapan pendekatan kontekstual (CTL) pada materi pokok Garis dan Sudut peserta didik kelas VII A MTs As-Syafi’iyyah Jatibarang?
2.   Bagaimanakah tingkat keberhasilan belajar yang dicapaioleh peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dengan penerapan pendekatan kontekstual (CTL) pada materi pokok Garis dan Sudut peserta didik kelas VII A MTs As-Syafi’iyyah Jatibarang?
3.   Seberapa aktifkah peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan penerapan pendekatan kontekstual (CTL) pada materi pokok Garis dan Sudut peserta didik kelas VII A MTs As-Syafi’iyyah Jatibarang?

Instrumen Penelitian
:
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penerapannya melalui dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II, dan setiap siklusnya terdapat empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik pengumpulan Data: metode dokumentasi, observasi, wawancar, dan tes.




5.
Judul Skripsi

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM KELOMPOK KECIL DENGAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK LINGKARAN SEMESTER II KELAS VIII MTS NEGERI LASEM TAHUN AJARAN 2008/2009

Nama Penyusun            

Hesty Susanti

No. Induk

3104163

Fakultas                         

Tarbiyah

Program Studi

Tadris Matematika

Tahun

2009

Penegasan Istilah

1.   Efektivitas: Dalam Kamus Besar Bahasa  Indonesia, efektif berarti baik hasilnya, tepat, benar, dapat membawa hasil, berhasil guna. Jadi, yang dimaksud dengan efektivitas adalah dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam mencapai  tujuan.
2.   Model Pembelajaran: suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
3.   Tutor Sebaya: siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar.
4.   Kelompok Kecil: suatu kelompok yang beranggotakan 3-8 peserta didik.
5.   Alat Peraga: Alat yang digunakan untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan.
6.   Hasil Belajar: kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Latar Belakang

Pembelajaran matematika masih menggunakan metode konvensional, yaitu guru ceramah dan peserta didik mendengarkan serta mencatat. Metode ini menerapkan guru aktif dan peserta didik pasif dalam menerima pelajaran.
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. Karena itulah peseta didik menganggap pelajaran matematika merupakan hantu yang menakutkan. Menurut survei, sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran matematika.
Sudah saatnya guru matematika membuka paradigma baru dalam pola pengajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran di kelas melalui pengalaman-pengalamn belajar yang inovatif, menantang dan menyenangkan.

Permasalahan

Efektifkah penggunaan model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok  kecil dengan alat peraga terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok lingkaran?

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan data: metode dokumentasi dan metode tes.




6
Judul Skripsi

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI GARIS DAN SUDUT SEMESTER II KELAS VII MTS ASWAJA BUMIJAWA TEGAL TAHUN AJARAN 2007/2008

Nama Penyusun            

Laeliyatul Marzuqoh

No. Induk

3104371

Fakultas                         

Tarbiyah

Program Studi

Tadris Matematika

Tahun

2009

Penegasan Istilah

1.   Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya “tepat pada sasaran yang dikehendaki”. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, efektif berarti ”pengaruhnya, akibatnya, kesannya”. Jadi, efektivitas adalah suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharpakan.
2.   Model Pembelajaran
Model adalah contoh, pola, acuan. Menurut Haryanto model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya “berusaha (berlatih) supaya mendapatkan kepandaian.” Pembelajaran berarti upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara pendidikdengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Menurut Amin Suyitno, model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien.
3.   Realistic Mathematic Education (RME)
RME jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah pendidikan matematika dalam dunia nyata. Jadi, RME berarti pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata bagi peserta didik, menekankan ketrampilan proses melakukan, berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.
4.    Hasil Belajar Peserta Didik berarti nilai yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar dalam waktu tertentu.
5.   Materi Garis dan Sudut
Merupakan salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada pelajaran matematika di SMP/ MTs yang diberikan pada peserta didik untuk memahami garis dan sudut sebagai pengetahuan yang diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Latar Belakang

Selama ini proses pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada pendidik sehingga peserta didik bersifat pasif seperti halnya bejana kosong yang perlu diisi oleh pendidik semakin penuh semakin baik. Implikasinya, sistem pendidikan hanya bertumpu pada penguasaan materi dan aspek hafalan bukan pada kemampuan analisis. Sistem pembelajaran yang seperti itu mengakibatkan peserta didik merasa bosan dan tertekan. Dan didukung lagi salah satu karakteristik matematika yang mempnyai objek yang bersifat abstrak jika sistem pendidikan yang masih berpusat  pada pendidik, peserta didik masih kurang mengerti, kurang paham tentang konsep matematika karena peserta didik dalam belajar matematika belum bermakna artinya peserta didik tidak terlibat langsung dalam pengaplikasian materi matematika ke dalam dunia nyata atau kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pemaparan di atas, pembelajaran matematika ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau pada relistik. Sehingga peserta didik akan merasa akrab dan senang dengan materi yang dipelajarinya. Serta mampu memahami materi itu melalui aktivitasnya. Maka dapat digunakan salah satu pendekatan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran yang berdasarkan pada kehidupan nyata yaitu dengan model pembelajaran RME.

Permasalahan

Apakah model pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dari pada model pembelajaran expository terhadap hasil belajar peserta didik pada materi garis dan sudut semester II kelas VII MTs ASWAJA Bumijawa Tegal Tahun Ajaran 2007/2008?

Instrumen Penelitian

Metode Pengumpulan data: metode dokumentasi dan test.
7
Judul Skripsi

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SEMESTER I MTs NU 01 TARUB TEGAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Nama Penyusun            

Neli Farkhatin

No. Induk

3104032

Fakultas                         

Tarbiyah

Program Studi

Tadris Matematika

Tahun

2009

Penegasan Istilah

1.   Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya). Efektivitas diartikan kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang akan dicapai.
2.   Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran problem solving  dengan menggunakan alat peraga dan pembelajaran konvensional.
3.   Problem Solving secara bahasa berasal dari bahasa inggris. Problem artinya masalah, dan solving (kata dasarnya to solve) bemakna pemecahan. Dengan demikian, problem solving dapat diartikan dengan pemecahan masalah.
4.   Alat Peraga, dalam penelitian ini memegang peranan sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa uang koin.
5.   Aritmetika adalah materi pada mata pelajaran matematika yang akan dijadikan bahan penelitian khususnya harga beli, harga jual, laba dan rugi.

Latar Belakang

Komponen utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah guru dan peserta didik. Guru diharapkan tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar, tetapi membantu memberikan motivasi dan bimbingan kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Begitu pula dengan peserta didik harus dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.
Selain itu, kurikulum juga merupakan salah satu komponen penting dari sistem pendidikan. KTSP yang berlangsung saat ini menuntut pembelajaran yang inovatif dan kreatif, yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, serta mengembangkan daya nalar peserta didik. Sehingga kompetensi dapat dicapai melalui hasil belajar.
Dari pemaparan diatas, pembelajaran yang tepat dan menarik salah satunya adalah pembelajarn problem solving dengan menggunakan alat peraga sebagai media alternative dalam pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran tersebut diharapkan dapat menambah nuansa baru bagi pembelajaran matematika, sehingga lebih mudah menanamkan konsep dan meningkatkan keaktifan, serta hasil belajar peserta didik dalam memecahkan soal-aoal. Selain itu juga akan menumbuhkan reaksi positif peserta didik terhadap pembelajaran matematika. 

Permasalahan                    

1.   Apakah pembelajaran problem solving dengan menggunakan alat peraga lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional?
2.   Bagaimanakah efektivitas pembelajaran problem solving dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran aritmetika sosial pada peserta didik kelas VII semester I MTs NU 01 Tarub Tegal tahun pelajaran 2008/2009?

Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data: Metode tes dan metode dokumentasi.
8
Judul Skripsi

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK SEGIEMPAT DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA DI KELAS VII MTs AL-HIDAYAH LANGON TAHUNAN JEPARA

Nama Penyusun            

Siti Zidni Norhayati

No. Induk

3104177

Fakultas                         

Tarbiyah

Program Studi

Tadris Matematika

Tahun

2009

Penegasan Istilah

1.   Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar: usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menaikkan daya penggerak dalam diri seseorang untuk mau berusaha mendapatkan suatu kepandaian.
2.   Peserta Didik: anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik yang diteliti adalah peserta didik di MTs Al-Hidayah.
3.   Segiempat: Bangun yang dibuat (dilukis) pada permukaan datar yang memiliki empat sisi.
4.   Alat Peraga: alat-alat yang digunakan oleh guru ketikamengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik dan mencegah terjadinya verbalisme pad diri peserta didik.   

Latar Belakang

Proses pembelajaran matematika sampai saat ini cenderung masih menggunakan metode konvensional, sehingga peserta didik merasa jenuh karena setiap pelajaran matematika berlangsung hanya diterangkan oleh guru, mencatat, diberi contoh soal, dan mengerjakan soal latihan. Untuk itu perlu kiranya dikaji lebih lanjut tentang pengajaran dengan menggunakan alat peraga. Ini bertujuan supaya pemahaman peserta didik dapat tumbuh dan berkembang sehingga tercipta pengetahuan yang kompleks.
Alat peraga merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran matematika sehingga keberadaannya sngat dibutuhkan. Dengan alat peraga, peserta didik diajak untuk mengerti sifat-sifat dan besaran-besaran segiempat. Dengan alat peraga diharapkan dapat membantu peserta didik dalam pemahaman konsep segiempat.

Permasalahan                    

1.   Bagaimana penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik?
2.   Bagaimana hasil belajar peserta didik pada akhir pembelajaran matematika materi pokok segiempat dengan bantuan alat peraga?
3.   Bagaimana metode yang digunakan dlam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga?

Instrumen Penelitian

Metode Pengumpulan data: Metode dokumentasi, tes, dan observasi.
9
Judul Skripsi

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAYANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELJAR DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PIJAR DAN LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR GALATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTS MANBAUL ULUM KARANGAWEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nama Penyusun            

Islamiah

No. Induk

053511033

Fakultas                         

Tarbiyah

Program Studi

Tadris Matematika

Tahun

2009

Penegasan Istilah

1.   Studi Komparasi
Studi yaitu “penelitian ilmiah”, sedangkan komparasi adalah “perbandingan”. Menurut Winarmo Surachmad, Komparatif adalah penelitian deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang hubungan sebab akibat yakni melalui factor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi/fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu factor yang lain.
2.   Prestasi Belajar Matematika
3.   Bimbingan Belajar
4.   Lembaga Bimbingan Belajar Pijar
5.   Peserta Didik
10
Judul Skripsi

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA DI MIT NURUL ISLAM KELAS V RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG (PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT)
10
Nama Penyusun            

Titi Toyibah

No. Induk

3104007

Fakultas                         

Tarbiyah

Program Studi

Tadris Matematika

Tahun

2009

Penegasan Istilah



Latar Belakang

Pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dirasa masih kurang dari ketuntasan standard minimal.  Hal ini disebabkan kegiatan pembeljaran di kelas dan kegiatan siswa secara individual masih ditentukan dan tergantung oleh guru. Selain itu anak cenderung tidak aktif, keberanian bertanya masih kurang, mereka kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika. Ketika ditanya ternyata mereka merasa bahwa matematika itu membosankan. Sehingga mereka malas untuk belajar matematika. Oleh karena itu, peneliti merasa tertantang untuk mencari alternatif bentuk dasar model pembelajaran yaitu dengan berdiskusi dalam kelompok. Setiap kelompok diberi permasalahan untuk didiskusikan bersama kelompoknya. Upaya tersebut akan dicobakan alat peraga sebagai alternative media pembelajaran pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan maksud agar lebih mudah menanamkan konsep dan meningkatkan pemahaman siswa dalam mengerjakan soal-soal yang akan datang.

Permasalahan                    

1.   Bagaimanakah penerapan alat peraga dalam pembelajaran matematika dalam pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat?
2.   Apakah dengan alat peraga bisa meningkatkan keaktifan peserta didik juga guru dalam pembelajaran matematika?
3.   Bagaimanakah hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika melalui alat peraga?

Instrumen Penelitian

Metode Pengumpulan Data:
1.      Dokumentasi
2.      Metode Observasi
3.      Tes
4.      Lembar Kerja

Tesis

Aktifitas dan hasil belajar peserta kelas V semester ganjil di MIT Nurul Islam Ringinwok Ngaliyan tahun pelajaran 2008/2009 dalam meneyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan alat peraga meningkat.